SERGAI,Sinarsergai.com- Kolektor Bank Bina Artha yang berkantor di Dusun XIII Materan Desa Firdaus,Kecamatan Sei Rampah,Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara (Sumut), mendatangi salah satu rumah nasabah Hamidah (54) warga Dusun IV Desa Firdaus,Kecamatan Sei Rampah,Sergai, sebanyak 5 orang diantarnya, Heri,Fika,Dewi dan Nurul, dengan menggunakan sepeda motor Vario dan Yamaha MX, Rabu (5/2/2025) sekira pukul 18.30 WIB.
Mereka datang dengan sikap kurang baik dan melakukan pemaksaan setiap penagihan sehingga menimbulkan keresahan bagi nasabah. Sedihnya lagi, kemarin saat mereka datang mengambil satu Gas Elpiji saya dari rumah dan hingga kini belum dikembalikan. “Dan banyak nasabah Bank Bina Artha sekarang merasa resah sekali.
Diakuinya, bahwa cicilan sudah dibayar 14 kali. “Sikap kolektor itu sebut Hamidah, Kamis (6/2/2025), saat berada di Kantor Media Online Sinarsergai.com, bersikap sangat kasar dan mereka datang ramai-ramai, bahkan ketika Gas Elpiji yang diambil oleh salah satu kolektor dilakukan dengan sikap pemaksaan. Akibatnya saya tidak bisa lagi memasak dan sangat merugikan sekali.”
Padahal, saat mereka datang saya lagi keluar rumah mencari uang untuk membayar cicilan yang ke 15, tapi kolektor Bank Bina Artha tidak sabar. Mal;ah Gas Elpiji saya yang di bawa kabur. Ucap Hamidah.
Keluhan yang sama juga disampaikan oleh Asnawiyah (55) warga yang sama, ia mengalami perlakuan kurang baik dengan cara pemaksaan untuk bayar cicilan dan disuruhnya menjual barang yang ada di rumah. Sikap pemaksaan ini membuat ia trauma dan takut menemui para kolektor tersebut. “Kolektor itu pernah malam-malam diperkirakan jarum jam menunjukan pukul 23.10 WIB, sementara ia sudah istirahat. Kejam benar sikap para kolektor tersebut.Tuturnya dengan nada sedih.”
Keresahan juga dialami Lisma Anim (52) yang akrab disapa Andong yang juga nasabah Bank Bina Artha mengalami resah dan gelisah mendapatkan perlakukan kasar, dan pemaksaan oleh kolektor. Sikap arogan itu sering dialaminya dan kalau datang ke rumah menagih tidak cukup di hanya luar rumah, kolektor itu menyosor masuk ke dalam rumah dan ke dapur melhat barang yang bisa dijual untuk bayar cicilan. Barang yang ada di ruamh di[paksa harus dijual pada waktu keolektor menagih. Dan sudah terjual Kipas Angin, Tabung gas, Karpet, Mesin Cuci, Kulkas, Meja Makan, semuanya dijual karena pemaksaan oleh kolektor. Ungkapnya dengan nada sedih. didampingi Herlina.