SERGAI,Sinarsergai.com – Pasar Bengkel merupakan sebutan tempat para pedagang yang menjual beraneka oleh-oleh yang keren dengan nama lain “Buah Tangan” bagi masyarakat yang melintas dari arah Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi, dan begitu sebaliknya.
Masyarakat yang melintas dengan roda dua,tiga,empat dan roda enam, merasa tidak lengkap apabila tidak mampir di tempat tersebut. Jejeran berbagai kendaraan tampak disamping bahkan di setiap depan kios yang menjual Dodol,Keripik Pisang, Ubi, Cakar Ayam, dan lain nya.
Sehingga sering terjadi kemacetan di sepanjang jalan depan kios-kios yang menjual aneka “Buah tangan” tersebut. Pemandangan ramai nya pengunjung dan pembeli itu tampak sebelum di bangunnya jalan tol yang diperkirakan pada tahun 2007-2018 yang lalu.
Para pedagang yang menjual aneka buah tangan itu merasa bahagia setiap hari. Warung nasi,Kedai Kopi, petugas parkir, juga mendapatkan kecipratan rezeki dari keberadaan kios-kios yang menjual oleh-oleh Sergai, sebab banyak juga penumpang dan sopir yang turut mampir menikmati segelas Kopi,Teh dan makan.
*Menampung Pekerja*
“Keberadaan kios-kios itu bukan hanya mencari keuntungan pribadi dan keluarga, tapi para pedagang membuka lowongan kerja dan bahkan diperkirakan lebih dari 100 orang kala itu mendapatkan kesempatan bekerja melayani pembeli yang tersebar di kios-kios yang jual aneka buah tangan tersebut.”
Keceriaan,kebahagian selama ini dialami para pedagang menjelang tengah malam ketika menghitung keuntungan dari hasil penjualan, kini tidak lagi dirasakan oleh para pedagang semenjak Jalan tol telah dioperasikan.
“Pasar Bengkel atau dengan sebutan Desa Bengkel,Kecamatan Perbaungan, Sergai, bertahun -tahun telah menerangi rumah- rumah para pedagang tersebut, kini mulai Redup sekali, sehingga para pedagang tidak lagi merekrut pekerja bahkan dengan perasaan terpaksa memberhentikan para pekerja karena Redupnya pendapatan.”
Dampak yang paling terasa akibat Redupnya Pasar Bengkel tersebut, saat ini diperkirakan 50 kios yang selama ini aktif menjual buah tangan dari pagi hingga malam, tidak lagi membuka kiosnya alias sudah “Gulung Tikar”.