“Pengakuan anak saya, Ikbal bahwa Rasya saat ini masih di tempat penampungan (Penjara) di daerah Pnom Penh bercampur dengan para pekerja dari Sumatera Utara dan pekerja dari negara lain, ” jelas Elvi.
Elvi boru Barus pun mengaku jika pihak yang membawa anaknya Rasya ke Kamboja saat ini tidak diketahui lagi atau menghilang. Dia menyesalkan anaknya yang mudah percaya dan teriming-iming sehingga mau diajak bekerja ke Kamboja.
“Sebelum bekerja ke Kamboja, Rasya tinggal di tempat abangnya, lalu kemungkinan dia diajak oleh orang lain saat tinggal di rumah bibi nya yang beralamat di Klambir Lima perumahan Payung Teduh (Timer) kabupaten Deliserdang- Provinsi Sumatera Utara, ” sebut nya sedih.
Sejak mengetahui kondisi putra keduanya itu, sebagai seorang ibu yang melahirkan Rasya, Elvi pun selalu bersedih dan tidak bisa tidur tenang karena kepikiran terus atas nasib yang menimpa anaknya. Apalagi banyaknya informasi di mass media baik televisi dan media sosial bahwa banyak korban perdagangan organ tubuh di Kamboja yang mana korbannya banyak warga Indonesia yang selama ini tertipu lapangan pekerjaan dengan gaji fantastis.
“Setahu saya, saat itu anak saya Rasya di imingi dengan gaji Rp. 14 juta, namun kenyataan dia hanya mendapat gaji Rp.5 juta. Namun kalau tidak mendapat target gaji tidak diberikan. Info yang saya dapat, mereka ada tim dan bekerja sebagai scammer untuk mendapatkan banyak uang dari para korban mereka, “akunya sedih.
Lebih lanjut, sambil berlinang air mata, Elvi juga mendapat informasi, pengakuan anaknya mereka bekerja untuk melakukan penipuan (Scammer) dengan mencari korban-korbannya. ” Mereka juga harus mendapat target HP mereka tidak boleh di bawa dan disimpan di loker. Jika tidak mereka tidak mendapatkan gaji, “terangnya.
Untuk itu, Elvi memohon kepada pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Gubernur Sumatera Utara dan BP3MI Wilayah Sumut agar dapat berkoordinasi kepada pihak KBRI Indonesia yang ada di Kamboja. ” Tolonglah pak, anak saya Rasya dapat dipulangkan ke Kota Medan, Sumatera Utara.