Oleh karena itu, Nasky menilai, bukankah kita memang merindukan sosok-sosok yang demikian muda ikut berjuang bersama partai, ikut mempengaruhi sikap-sikap partai, kemudian berbuat sesuatu yang besar untuk kemajuan Sumatera Utara dan Indonesia.
*Tantangan Partai Politik*
Dalam rentang waktu 10 tahun (2025- 2035) penduduk Indonesia yang usia produktif (15 – 64 tahun) jumlahnya akan terus meningkat dan diperkirakan mencapai 67,9% dari total jumlah penduduk. Kondisi ini akan berimbas pada jumlah pemilih muda pada pemilu yang akan datang. Pada Pemilu 2019 saja jumlah pemilih muda yang berusia 16 – 30 tahun tercatat lebih kurang 100 juta orang. Jumlah ini diprediksi akan bertambah dua kali lipat saat Pileg dan Pilpres 2029 mendatang.
Nasky menilai, Sistem politik kita belum legawa untuk memberikan ruang bagi kaum muda menduduki jabatan strategis yang menghendaki inovasi dan nilai-nilai kreativitas demi menghadapi permasalahan bangsa kita yang kian kompleks dan menantang. Namun kondisi ini hendaknya tidak mematahkan semangat bahwa kaum muda bisa menjadi politisi baik dan mampu mendobrak tradisi.
“Partai politik mana pun akan melihat bonus demografi ini sebagai peluang sekaligus tantangan. Itulah sebabnya partai politik berlomba-lomba memiliki sayap organisasi yang khusus menyasar pemilih pemula. Jargon-jargon pemimpin muda dijual sebagai daya tarik untuk rekrutmen politik,” tambahnya.
Namun, sejauh ini kepemimpinan kaum muda berhenti hanya sebatas jargon. Tongkat kepemimpinan bangsa saat ini masih dipegang oleh kaum tua. Mulai dari kepemimpinan partai politik, anggota legislatif, hingga eksekutif didominasi oleh kaum tua. Kaum muda hanya menjadi komoditas politik yang selalu diiming-imingi warisan estafet kepemimpinan, namun hakikatnya hanya dijadikan pendulang suara semata.
Dengan menyiapkan kader-kader muda terbaik, Pemimpin muda tidak hanya menunggu giliran namun dapat segera serta mengisi ruang-ruang politik dengan segala kreativitas dan inovasinya. Seperti Macron di Prancis, kaum muda tidak lagi sekedar menjadi penumpang dalam gerbong kebangsaan namun dapat menjadi lokomotif perubahan itu sendiri.