“Namun, Ia menyesalkan adanya narasi provokatif, framing negatif, hingga opini tendensius yang menyerang personal Deddy Sitorus di media sosial maupun media massa. Ia menduga ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membangun opini untuk merusak citra positif dan integritas nya sebagai pelayan rakyat,” ungkapnya.
Publik juga menilai, beredarnya opini negatif merupakan hasil pencampuran informasi tidak relevan demi mendorong publik menyetujui narasi yang dibuat pihak-pihak tertentu, yang menyebarkan informasi tanpa data dan bukti sahih merupakan bentuk penghakiman sepihak yang berbahaya.
“Stop narasi sesat dan framing jahat untuk mendiskreditkan Deddy Sitorus yang vokal akan kepentingan masyarakat. Kegaduhan akibat pembelokan fakta sangat merugikan masyarakat. Hanya kecurigaan dan sesat pikir atau salah tuduh yang akan diperoleh, alih-alih mendapatkan kebenaran serta keadilan,” jelasnya.
Maka untuk itu, Ia mengajak masyarakat untuk tidak terpancing provokasi dan tetap mengedepankan akal sehat serta fakta yang valid. Namun, ia mengakui kritikan dan saran yang disampaikan elemen masyarakat merupakan suatu hal wajar.
“Hal itu merupakan cerminan dari kedewasaan berpolitik dan berdemokrasi di Indonesia, dengan menjaga persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi,” sambungnya.
Sebagai alumnus Indef School of Political Economy Jakarta, Nasky mengajak masyarakat untuk kembali bersatu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Ia menegaskan, persatuan adalah benteng utama keutuhan NKRI.
“Bhinneka Tunggal Ika harus jadi semangat bersama. Mari tinggalkan perbedaan, satukan energi untuk Indonesia yang adil, makmur, dan berdaulat,” pungkasnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi ll DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Deddy Sitorus, memberikan klarifikasi terkait pernyataannya yang sempat viral dengan kalimat ‘jangan bandingkan kami dengan rakyat jelata’.
“Itu video lama, 10 bulan lalu, yang sengaja dipotong 20 detik pertama untuk menyerang saya,” kata Deddy, dikutip pada Rabu (3/9/2025).