Ketika Cak Munir Datang untuk Mendengar: Rakerda PWI Sumut dan Taruhan Masa Depan Organisasi – Laman 2 – Sinarsergai
Daerah

Ketika Cak Munir Datang untuk Mendengar: Rakerda PWI Sumut dan Taruhan Masa Depan Organisasi

×

Ketika Cak Munir Datang untuk Mendengar: Rakerda PWI Sumut dan Taruhan Masa Depan Organisasi

Sebarkan artikel ini

Kehadiran Ketua Umum secara langsung menegaskan bahwa suara daerah—jika disampaikan dengan argumentasi matang dan perspektif kebangsaan—akan menjadi bagian dari fondasi keputusan nasional.

Sikap “datang untuk mendengar” yang ditunjukkan Cak Munir juga mencerminkan gaya kepemimpinan yang ingin dibangun pascakonsolidasi: partisipatif, terbuka, dan menghargai keragaman pandangan.

Dalam organisasi profesi yang menghimpun wartawan dari berbagai latar dan daerah, pendekatan semacam ini menjadi prasyarat penting bagi terciptanya legitimasi dan rasa memiliki bersama.

*Tantangan Moral*

Namun, sikap itu sekaligus mengandung tantangan moral bagi tuan rumah. Ketika pimpinan pusat membuka ruang seluas-luasnya untuk mendengar, maka daerah dituntut untuk hadir dengan kesiapan gagasan.

Rakerda tidak lagi cukup dipenuhi laporan administratif dan agenda rutin, melainkan perlu menjadi forum pembobotan pemikiran—tentang etika profesi, tata kelola organisasi, hingga posisi PWI di tengah perubahan ekosistem media yang kian cepat.

Bagi PWI Sumatera Utara, momentum ini dapat dibaca sebagai cermin kualitas. Sejauh mana pengurus provinsi dan kabupaten/kota mampu merumuskan pandangan yang bernas, solutif, dan berpijak pada kepentingan jangka panjang organisasi? Jawaban atas pertanyaan itu, secara tidak langsung, akan menentukan seberapa besar kontribusi Sumatera Utara dalam memperkuat PWI di tingkat nasional.

Harapan Ketua Umum agar seluruh potensi dicurahkan dalam Rakerda ini bukanlah tuntutan berlebihan. Ia justru sejalan dengan semangat pembaruan yang tengah diusung PWI: menjadikan organisasi lebih tertata, berwibawa, dan adaptif terhadap tantangan zaman. AD/ART yang tengah disiapkan tidak hanya akan menjadi dokumen normatif, tetapi juga cerminan kesepakatan kolektif seluruh elemen PWI.

Dengan demikian, Rakerda PWI Sumut tahun ini menyimpan makna simbolik dan strategis. Ia menjadi titik temu antara kepemimpinan nasional yang membuka ruang dialog dan daerah yang diharapkan memberi isi.

Dari Medan, gagasan-gagasan itu akan dibawa ke forum yang lebih luas, dibahas, disaring, dan—bila layak—ditetapkan sebagai pijakan bersama dalam Kongres Nasional mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *