BATUBARA, Sinarsergai.com – Banjir belum sepenuhnya reda ketika rombongan itu turun dari kendaraan. Di beberapa titik, air masih menggenang, lumpur menempel di alas kaki, dan akses kendaraan terputus.
Di situlah langkah harus dilanjutkan dengan berjalan kaki. Tidak ada panggung, tidak ada seremoni. Yang ada hanyalah wajah-wajah lelah, rumah-rumah terendam, dan tatapan warga yang mencoba bertahan di tengah bencana.
Di antara rombongan itu, tampak sosok Ny. Hj. Henny Heridawaty Baharuddin, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Batu Bara. Ia tidak berdiri di kejauhan. Ia menyusuri lokasi banjir, berhenti di setiap sudut, menyapa warga, berdialog, dan mendengar langsung cerita kehilangan yang tak selalu bisa diucapkan dengan kata-kata. Inilah potret empati yang menapak tanah. Empati yang Tidak Berjarak.
Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara hingga Aceh Tamiang bukan sekadar catatan statistik bencana.
Ia adalah cerita tentang dapur yang terendam, pakaian yang hanyut, anak-anak yang tidur di pengungsian, dan kecemasan yang tak selesai dalam satu malam.
Dalam situasi seperti itu, kehadiran pemimpin—atau mereka yang mewakili negara—menjadi penting bukan hanya karena bantuan logistik, tetapi karena kehadiran itu sendiri.
Pemerintah Kabupaten Batu Bara menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat terdampak bencana di Kabupaten Aceh Tamiang pekan lalu pertengan Desember 2025.
Enam unit truk ke Aceh Taming membawa hasil penggalangan dari masyarakat Batu Bara, organisasi perangkat daerah, pemerintah desa, dan elemen sosial lainnya. Semuanya 12 truk, 6 lainnya ke beberapa daerah di Sumut.
Bantuan itu diserahkan langsung di Kantor Bupati Aceh Tamiang, Karang Baru, Selasa (16/12/2025).
Namun cerita kemanusiaan tidak berhenti di halaman kantor pemerintahan.
Ny. Henny bersama tim TP PKK memilih turun langsung ke lapangan. Di sepanjang jalan Kecamatan Kuala Simpang, bantuan tambahan dibagikan kepada warga: telur rebus, kepah serai, air bersih dari mobil tangki.
Di beberapa titik, rombongan harus berjalan kaki karena kendaraan tidak dapat melintas. Tidak ada jarak antara pemberi dan penerima. Yang ada hanya dialog, saling menatap, dan saling menguatkan.













