Meulaboh , sinar sergai com. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Aceh Barat menggelar Bedah Buku Perpustakaan Daerah selama dua hari, 18–19 November 2025, menghadirkan dua karya Dr. HT Ahmad Dadek, SH., MH berjudul Rundeng dan Seulangke. Kegiatan ini mengusung tema “Menumbuhkan Daya Fikir Kritis dan Kreatif melalui Kegiatan Bedah Buku” dan diikuti peserta dari kalangan akademisi, pemerhati budaya, hingga pemustaka.
Acara dibuka oleh laporan panitia yang disampaikan Nurlisan, S.Pd.I, selaku koordinator kegiatan. Ia menegaskan bahwa bedah buku merupakan upaya memperkuat literasi budaya dan historis di Aceh Barat. “Literatur lokal seperti Rundeng dan Seulangke perlu dikaji dan disebarluaskan agar menjadi rujukan penting bagi masyarakat, khususnya generasi muda,” ujarnya.
Mengulas Perlawanan Tengku di Rundeng
Pada hari pertama, kegiatan dibuka oleh Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Aceh Barat. Sesi diskusi berfokus pada buku Rundeng, yang mengangkat kisah perjuangan Tengku di Rundeng dalam melawan penjajah Belanda.
Narasumber Prof. Dr. H. Syamsuar, M.Ag, dan Nazaruddin, S.Ag., S.S., M.LIS., Ph.D menilai karya ini memperkaya literatur sejarah Aceh dengan merekam perlawanan lokal yang jarang disorot secara mendalam. Nilai keteguhan, strategi perjuangan, serta ketokohan Tengku di Rundeng disebut relevan untuk memperkuat pemahaman generasi sekarang terhadap dinamika perjuangan masyarakat Aceh.
Menghidupkan kembali Adat Pernikahan Aceh
Hari kedua dibuka oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Aceh Barat. Pembahasan berlanjut pada buku Seulangke, yang menguraikan tahapan adat pernikahan Aceh mulai dari proses pra-nikah hingga pelaksanaan walimah.
Para narasumber menekankan pentingnya pelestarian adat pernikahan sebagai identitas budaya yang harus dijaga keberlanjutannya. Buku tersebut dinilai sebagai rujukan yang komprehensif dan sistematis bagi masyarakat, khususnya generasi muda yang ingin memahami tradisi pernikahan Aceh secara benar.













