Munajat di Tengah Bencana: Al Washliyah Memohon Keselamatan untuk Sumatera Utara – Sinarsergai
Daerah

Munajat di Tengah Bencana: Al Washliyah Memohon Keselamatan untuk Sumatera Utara

×

Munajat di Tengah Bencana: Al Washliyah Memohon Keselamatan untuk Sumatera Utara

Sebarkan artikel ini

 

MEDAN,Sinarsergai.com Di halaman Kantor PW Al Jam’iyatul Washliyah Sumatera Utara, Sabtu (29/11/2025) malam, udara terasa lembut seolah ikut meredakan duka yang menyelimuti Sumut. Ratusan ustaz-ustazah, alim ulama, dan para mubaligh berdatangan dengan langkah pelan, membawa niat yang sama: menengadahkan tangan, memohon keselamatan atas banjir dan longsor yang melanda berbagai wilayah.
Lampu-lampu temaram di halaman kantor itu jatuh pada wajah-wajah jamaah yang larut dalam lantunan ayat suci Al-Qur’an. Zikir mengalun panjang, membelah kesunyian malam. Kedamaian seakan memayungi jamaah seperti nafas panjang sejarah Al Jam’iyatul Washliyah yang kini sedang memasuki usia 95 tahun.
Ketika malam turun, zikir dan doa munajat dipimpin Ustaz H Husin Ali, LC. Suasana hening sesekali patah oleh isak haru jamaah. Ada rasa syukur, ada duka, ada harapan yang pelan-pelan diangkat ke langit.
“Malam ini cuaca sangat cerah. Kita meyakini zikir dan doa sebagai bentuk munajat kepada Allah, dengan harapan agar bencana segera berlalu. Semoga Allah membuka pintu untuk diijabah,” ucap Ketua Panitia HUT ke-95 Al Washliyah, Dr. H. Hayatsyah MPd.
Doa munajat malam itu tidak hanya untuk Sumatera Utara. Jamaah juga menengadahkan tangan dengan khusyuk, memohon kemerdekaan bagi rakyat Palestina dan memohon kesehatan serta kekuatan bagi Presiden Prabowo Subianto dalam memimpin bangsa. “Kita bangga punya Presiden Prabowo Subianto yang istiqomah menyuarakan kemerdekaan Palestina,” ucap Hayatsyah.
Pada momen yang sama, warga Al Washliyah juga mengumpulkan bantuan untuk masyarakat terdampak banjir. Di antara lirih doa dan lantunan salam, kepedulian tumbuh menjadi tindakan nyata.
Menurut Hayatsyah, Milad ke-95 Al Washliyah tahun ini tidak sekadar seremonial, namun penuh napas religius yang mengikat dalam setiap rangkaian kegiatan yang dilaksanakan sejak tanggal 24 hingga 30 November 2025. Dimulai dari ziarah ke makam para pendiri, termasuk Syekh Hasan Maksum di Masjid Raya Medan, seminar, aksi bela Palestina dan kegiatan lainnya. “Banyak rangkaian kegiatan yang berjalan sesuai rencana, namun ada juga beberapa yang belum terlaksana karena faktor cuaca. Musibah banjir dan longsor yang melanda Sumatera Utara, mengingatkan kita untuk introspeksi diri atas kebesaran Allah SWT yang Maha Berkehendak,” ujar Hayatsyah.
Perjuangan para ulama Al Washliyah membangun tradisi dakwah, pendidikan, dan gerakan amal sosial, yang bertahan lintas generasi, menjadi warisan yang harus dilanjutkan. “Mereka tidak punya jabatan, tidak punya fasilitas, tapi bisa membangun pendidikan sampai pelosok,” tutur Ketua PW Al Washliyah Sumatera Utara, Dr H Dedi Iskandar Batubara.
Namun, kegembiraan dalam memperingati 95 tahun organisasi Al Washliyah tersebut, tersisa sebuah nada keprihatinan. Bencana di Sibolga, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Langkat, Medan, Provinsi Aceh dan Sumatera Barat, membuat beberapa agenda terpaksa ditunda.
Dedi Iskandar Batubara, yang ikut memberikan sambutan, menahan suara ketika menceritakan kondisi di wilayah terdampak. “Tapteng dan Sibolga porak-poranda. Sesuai laporan BNPB, 127 meninggal dunia, lebih seratus hilang. Mereka saudara kita. Tidak beriman seseorang jika ia tidak mencintai saudaramu sebagaimana mencintai dirimu sendiri,” tutur anggota DPD-RI tersebut.
Di antara ucapan itu, ia juga menyampaikan kritik keras terhadap pemerintah agar menghentikan perusakan hutan yang menyebabkan banjir makin sering terjadi. “Jangan biarkan kita setiap November dan Desember hanya menunggu siapa yang akan mati. Kita saksikan ini akibat ulah tangan manusia.”
Dedi pun menginstruksikan seluruh jajaran Al Washliyah di Sumatera Utara untuk segera bergerak cepat. Setidaknya 13 sekolah dan madrasah milik Al Washliyah di Hamparan Perak dan wilayah lainnya ikut terendam. Majelis Pendidikan diminta segera melakukan pendataan, sementara Lembaga Amil Zakat mulai menghimpun donasi untuk perbaikan sekolah dan bantuan bagi warga terdampak.
Di sela-sela munajat, beberapa jamaah menyampaikan donasi langsung. Sementara di sisi lain halaman, puluhan relawan menyiapkan paket bantuan untuk dibagikan. Ibadah, malam itu, tidak hanya melahirkan ketenangan spiritual, tetapi juga menggerakkan solidaritas sosial.
Menjelang satu abad berdiri, Al Washliyah seolah sedang mematut diri: memperkuat tarbiyah, memperdalam dakwah, dan meneguhkan posisinya sebagai wasilah—penghubung antara umat dan rahmat Allah SWT.
Malam semakin larut. Zikir mulai menurun, tapi sinar keyakinan tampak di mata para jamaah. Di usia 95 tahun, cahaya perjuangan Al Washliyah tidak meredup—justru menguat, seakan memanjangkan harapan umat di tengah badai bencana. Al Jam’iyatul Washliyah akan terus menjadi naungan spiritual bagi jutaan umat dengan nilai-nilai wasathiyah dan kasih sayang. (rel)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *