Positifnya
efek Remdesivir mendorong pemerintah Amerika untuk melakukan uji coba lebih
lanjut terhadapnya. Hasilnya konsisten dengan temuan awal sehingga FDA
memutuskan Remdesivir bisa segera didistribusikan dan digunakan untuk
pengobatan pasien virus Corona.
Pence melanjutkan bahwa distribusi Remdesivir akan melibatkan Gilead. Keduanya akan berkoordinasi untuk menentukan rumah sakit mana saja yang bisa memperoleh donasi Remdesivir terlebih dahulu. Menurut keterangan dari pihak Gilead, rumah sakit dengan ICU dan membutuhkan pertolongan ekstra akan menjadi prioritas utama. Adapun 1,5 juta vial Remdesivir diprediksi cukup untuk membantu 140 ribu pasien.
Hingga berita ini ditulis, belum diketahui kapan Remdesivir akan diproduksi dan didistribusikan untuk negara lain. Ketika Remdesivir masih dalam tahap uji coba, 181 rumah sakit di seluruh dunia terlibat di dalamnya.
Berbicara tentang uji coba, Remdesivir sempat dinyatakan WHO tidak efektif untuk pengobatan virus Corona (COVID-19). Obat anti-viral yang awalnya ditujukan untuk pasien Ebola tersebut, menurut WHO, gagal menunjukkan perubahan signifikan ketika diujicobakan ke pasien. Remdesivir sendiri diklaim berfungsi untuk mematikan mekanisme memperbanyak diri sebuah virus yang bisa mengancam imunitas inangnya.
Gilead menyebut uji coba yang diawasi oleh WHO saat itu tidak konklusif. Sebab, uji coba diberhentikan di tengah jalan.(R-06)
Berita ini telah terbit di halaman Tempo.co