Nelayan Sergai “Menjerit” Biaya Belanja Melaut Menjadi Bertambah

SERGAI,Sinarsergai.com – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) baru-baru ini sangat berdampak terhadap biaya belanja bagi para nelayan yang keseharian mencari dan menangkap berbagai jenis ikan, Udang dan Kepiting di laut menjadi dua kali lipat. Semenjak biaya tinggi dikeluarkansetiap ingin pergi melaut, para nelayan di Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara (Sumut), banyak menyandarkan (parkirkan) Sampanya.

Kobdisi itu sungguh memilukan sekali, semenjak harga BBM naik, banyak nelayan tidak lagi menekuni pekerjaan tersebut, ada yang merantau meninggalkan kampung halaman dan ada juga bekerja ikut orang lain, sebab modal belanja dengan hasil tangkapan ikan jika dijual tidak mampu menutupi modal awal saat pergi melaut.

Alhasil nelayan keesokan hari mau melaut terpaksa berhutang dengan tokeh lagi. Hal ini dijelaskan salah satu nelayan Zailani (54) warga Dusun I Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu,Rabu (20/9/2022).

“Kenaikan harga BBM ini sungguh menambah beban derita bagi masyarakat nelayan yang hanya mengharapkan rezeki dari laut.” Saat ini banyak nelayan di desa ini yang “menjerit” bahkan sampannya dinaikan ke darat karena tidak mampu memodali belanja mau melaut.

Sedihnya lagi kata Zailani, harga BBM naik, harga ikan tetap bahkan ada juga yang mengalami penurunan. Sedangkan harga Sbako naik,seperti beras awalnya harga Rp.10 ribu/ kg, kini naik jadi Rp.12 ribu/ kg. Untuk itu para nelayan bermohon kepada Pemerintah Pusat menyalurkan bantuan kepada para nelayan yang saat ini semakin terpuruk dan jangan sampai kelaparan karena tidak mampu beli sembako lagi. Ujarnya.

Sementara Amsari,(58) nelayan Jaring Udang yang keseharian mempergunakan Sampan kecil mengeluhkan masih bebasnya beroperasi Kapal Pukat Trawl di malam hari. Muncul lagi Pukat Trawl tersebut jelas mempengaruhi hasil tangkapan nelayan kecil tradisional.

Nah, sekarang ini beban nelayan semakin bertambah dengan naiknya harga BBM, dan semakin susah pula para nelayan. Untuk menghemat BBM, terkadang kata Ansari, dari tengah laut saya tidak gunakan mesin, tapi Kayu Dayung hingga ke pinggir sampai tujuan.Imbuhnya.(R-04)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *