Seharusnya kalau mereka itu wakil rakyat, hendaknya bertanya dulu dan bukan main hakim sendiri. Dan atas kejadian itu pada Sabtu sore nya langsung melaporkan ke Polsek Medan Baru.
Nah setelah pelaporan itu memang ada yang menghubungi untuk menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan.
Karena ia telah menunjuk kuasa hukum, maka ia mengarahkan setiap komunikasi tentang perkara pemukulan yang dialaminya langsung kepada kuasa hukumnya.
Hingga akhirnya, disepakati pertemuan antara kuasa hukumnya dengan David, Habib, dan Risdo di salah satu kafe di kawasan Medan Johor.
Nah waktu itu, mereka menawarkan Uang perdamaian Rp10 juta dan serta bila ada pengeluaran lainnya harus ada kwitansi, dan habis itu kita makan-makan.
Tapi karena fokus kasus ini sampai ke persidangan, ia pun tidak bersedia maka dibilangkan angka Rp3 Milyar, yang sangat mustahil sekali bisa dipenuhi. “Jadi niat saya ingin meneruskan kasus ini sampai ke persidangan,” ucapnya lagi sembari mengatakan hal yang sama juga dipertanyakan oleh kuasa hukumnya.
Dan selain itu kalau mereka dan istri mereka mengaku mendapatkan perlakuan kekerasan saat itu, kenapa tidak melaporkan pada saat itu juga dan kenapa baru membuat laporan pada tanggal 23 November. Dilihat dari statusnya mereka seorang dewan kenapa berkelang dua mingguan lebih baru dilaporkan kenapa tidak hari itu juga.
Dikatakannya, menaruh harapan kepada penyidik Polri untuk melanjutkan perkara pemukulan yang dialaminya berlanjut ke pengadilan, meski status sosial mereka sebagai anggota dewan banyak tahapan yang dilakukan namun yakin dengan profesionalitas penyidik Polrestabes Medan untuk menyelesaikannya.
“Jadi itu yang saya takutkan, dan khawatirkan karena status sosial keduanya, akan tetapi ia yakin serta menaruh harapan kasus ini bisa sampai ke pengadilan,” ucapnya.
Karena saat dipukul oleh ketiganya, yang katanya saya dan kelompok melakukan penyerangan itu sangat ganjil, biarlah CCTV yang membuktikan karena itu sudah ditangan penyidik.