Menurutnya, pusaka mengandung banyak makna karena merupakan buah hasil karya cipta yang memiliki falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi, dan motivasi kehidupan.
“Ini sudah turun-temurun dilakukan. Benda pusaka itu dipelihara dengan cara dijamasi atau dicuci, dibersihkan. Jadi memang itu sudah sebagai perlambang keyakinan,” jelas dia.
Sementara itu, Ki Bambu yang memimpin pelaksanaan Cuci Keris milik Anggota DPRD Medan Wong Chun Sen Tarigan mengatakan Pencucian benda pusaka atau jamasan pusaka merupakan ritual yang dilakukan setiap bulan Suro.
Hal tersebut dilakukan lantaran benda pusaka, termasuk keris, dianggap sakral sehingga perlu dipelihara dan dirawat.
Menurut Ki Bambu, benda pusaka sebagai visualisasi dari laki-laki yang artinya imam atau pemimpin.
“Salah satu visualisasi itu adalah keris atau pusaka. Kalau pusakanya itu terawat dengan baik, tentu dia akan berakhlak baik. Kalau pusakanya tidak pernah dirawat, tentu sebaliknya,” ujarnya.
Selain itu, benda pusaka juga dapat diartikan sebagai penggambaran diri seseorang. Alhasil, benda pusaka harus selalu dirawat dengan cara dicuci setiap pergantian tahun.
Menurutnya, pusaka mengandung banyak makna karena merupakan buah hasil karya cipta yang memiliki falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi, dan motivasi kehidupan.(as)