Blog

Pukat Trawl Masih Merajalela, Nyawa Nelayan Tradisional di Sergai Terancam

×

Pukat Trawl Masih Merajalela, Nyawa Nelayan Tradisional di Sergai Terancam

Sebarkan artikel ini

SERGAI,Sinarsergai.com – Nelayan di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara (Sumut), sudah tidak nyaman lagi melaksanakan mencari nafkah setiap hari di laut. Hal itu disebabkan masih merajalelanya Kapal Pukat Trawl beroperasi dipinggir bibir pantai dan jaraknya hanya 1 dan mil saja dari bibir pantai.

“Kapal Pukat Trawl yang beroperasi itu banyak berasal dari luar Sergai seperti dari Kabupaten Batubara dan Tanjung Balai. Sedangkan dari Sergai sendiri sudah tidak ada lagi. Kapal Pukat Trawl itu diperkirakan setiap hari beroperasi mencapai 20-30 unit kapal.”

Nelayan tradisional yang melakukan penangkapan Udang dan ikan dengan jaring tradisional di pinggir pantai sudah bolak balik diancam oleh Anak Buah Kapal (ABK) Pukat Trawl dengan nada “Mau mati kalian”. Begitulah ucapan nelayan Pukat Trawl yang sering melakukan penangkapan dengan jaring canggih dekat nelayan tradisional. Ujar Zulkifli Siagian salah seorang nelayan berdomisili di Desa Bogak Besar Kecamatan Teluk Mengkudu, menirukan, Jum’at (8/9/2023).

Akibat sudah sulit mencari nafkah di laut saat sekarang ini sebut Zulkifli, ada 30 unit sampan nelayan tradisional yang diparkirkan dan tidak melaut lagi. Para nelayan tersebut lebih memilih merantau meninggalkan kampung halaman demi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Kondisi sulit mencari nafkah di laut dialami oleh nelayan tradisional sejak Menteri Kelautan dan Perikanan tidak lagi dijabat oleh Susi Pudjiastuti, pendapatan terus menurun dan berdampak dengan kehidupan nelayan tradisional semakin menderita.

“Saat Susi menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan RI, hasil tangkapan dari laut bisa membawa uang pulang ke rumah berkisar Rp.200 – 300 ribu, tapi sekarang tidak pernah lagi membawa uang sebanyak itu.” Hari ini katanya, ia baru saja pulang dari melaut dan hanya dapat uang dari penjualan hasil udang dan ikan sebesar Rp.20 ribu.

Sementara modal melaut mencapai Rp 40 ribu hingga Rp.50 ribu. “Pengancaman itu pernah ia alami dengan perkataan” mau dimatikan” begitu diucapkan oleh nelayan yang menggunakan Pukat Trawl, itukan sudah gawat bahkan sampai menunjukkan parang,” ucap Zulkifli dengan nada sedih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *