Apakah Anda termasuk di dalamnya? Inilah 6 Jenis Kemiskinan di Indonesia yang Jarang Disadari, Mana yang Paling Menyedihkan? – Laman 2 – Sinarsergai
Hiburan

Apakah Anda termasuk di dalamnya? Inilah 6 Jenis Kemiskinan di Indonesia yang Jarang Disadari, Mana yang Paling Menyedihkan?

×

Apakah Anda termasuk di dalamnya? Inilah 6 Jenis Kemiskinan di Indonesia yang Jarang Disadari, Mana yang Paling Menyedihkan?

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Kehidupan dalam Kemiskinan (Pixabay/Peggychoucair)

Contoh: Budi, seorang tukang ojek di kota besar. Di tengah gemerlapnya Jakarta, penghasilan Budi cukup untuk makan sehari-hari, tetapi ia tidak mampu menabung atau membeli barang mewah seperti masyarakat kota pada umumnya.

Contoh: Ibu Yanti, yang tinggal di pinggiran kota. Di lingkungan tempat tinggalnya, banyak keluarga memiliki mobil dan anak-anak mereka bersekolah di luar negeri. Namun, Ibu Yanti hanya bisa menyekolahkan anaknya di sekolah negeri.

Baca juga: Ops Zebra Toba 2024: Polda Sumut Klaim Tren Kecelakaan Lalu Lintas Turun

3. Kemiskinan Sementara
Mereka yang mengalami kemiskinan sementara adalah yang jatuh miskin akibat kondisi tertentu, seperti kehilangan pekerjaan atau terkena bencana alam. Jika kondisinya membaik, mereka bisa keluar dari kemiskinan.

Contoh: Dewi, yang menjadi korban PHK. Sebelum perusahaan tempatnya bekerja bangkrut, Dewi hidup dengan nyaman. Setelah beberapa bulan mencari pekerjaan, akhirnya Dewi mendapatkan pekerjaan baru, dan perlahan kondisi ekonominya mulai membaik.

Contoh: Pak Arman, seorang pedagang pasar. Pandemi menyebabkan penurunan pendapatan sebagai pedagang sayur. Namun setelah pasar kembali dibuka, penghasilannya mulai kembali stabil.

Baca juga: Pengendara Motor Ditemukan Tewas di Medan Johor, Ini Kata Polisi

4. Kemiskinan Kultural
Kemiskinan ini disebabkan oleh budaya atau kebiasaan turun-temurun. Mereka cenderung tidak memiliki keinginan untuk meningkatkan taraf hidupnya karena merasa “nyaman” dengan kondisi yang ada.

Contoh: Beberapa suku di pedalaman Indonesia memilih hidup sederhana tanpa pengaruh kemajuan teknologi. Mereka tidak merasa miskin walaupun hidup tanpa banyak harta, karena gaya hidup mereka memang tidak memerlukan banyak materi.

Contoh: Pak Hasan, seorang nelayan tradisional. Meski mendapat tawaran bantuan kapal modern dari pemerintah, ia lebih memilih menggunakan perahu kayu dan jaring tua karena merasa nyaman dengan cara tradisional.

Baca juga: Antisipasi Kejahatan Jalanan, Polrestabes Medan Pimpin Patroli Skala Besar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *