Selepas doa, hidangan berbuka dan santapan malam hidangan nasi berkah yang disiapkan H Yuslin Siregar disantap bersama.
Senyum dan tawa hangat melengkapi suasana penuh kekeluargaan. Banyak jamaah menyebut momen itu sebagai pengalaman spiritual yang mendalam—bukan hanya karena kebersamaan berbuka, tetapi juga karena merasakan langsung bagaimana doa syukur mampu menumbuhkan semangat dan harapan baru.
“Ini mengajarkan kita semua bahwa kesehatan adalah nikmat terbesar. Bapak Yuslin memberi teladan nyata bagaimana ujian hidup bisa diubah menjadi sumber syukur,” ujar salah seorang jamaah yang ikut dalam acara itu.
Dengan atmosfer religius yang menyelimuti, doa syukur di Masjid Agung Medan pada Kamis sore itu menjadi pengingat bahwa setiap napas adalah karunia, dan setiap ujian adalah jalan menuju kedekatan dengan Sang Khalik.