Menariknya, pola ini selaras dengan keputusan Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, selaku pemegang saham pengendali, yang tidak terburu-buru menjaring direktur utama baru. Keyakinan Bobby bahwa kepemimpinan kolektif tiga direksi cukup mampu terbukti tepat. Keberanian untuk menunda penunjukan dirut definitif memberi ruang bagi organisasi menguji ketangguhan internalnya.
Apalagi, kehadiran Komisaris Utama Firsal Ferial Mutyara turut memperkuat kepemimpinan kolektif tersebut. Dukungan dan apresiasi dari dewan komisaris menjadikan kolaborasi direksi lebih solid, sekaligus menegaskan bahwa tata kelola dan kontrol berjalan dengan baik.
Di titik ini, publik melihat bahwa Bank Sumut tidak sekadar “bertahan” tanpa dirut, tetapi justru meningkatkan performa. Dari sini muncul sebuah pelajaran berharga: kepemimpinan tidak harus terpusat pada satu figur. Sinergi, komunikasi, dan tanggung jawab bersama bisa menghasilkan kekuatan baru, bahkan di tengah situasi yang berpotensi melemahkan.
Kepemimpinan kolektif Bank Sumut adalah cermin organisasi modern yang mengedepankan kolaborasi ketimbang ketergantungan pada sosok tunggal. Dan pada akhirnya, capaian ini bukan hanya kemenangan manajemen Bank Sumut, melainkan juga penguat citra kepemimpinan Gubernur Sumut yang berani memberi kepercayaan dan ruang pada model kepemimpinan yang tidak lazim, namun terbukti berhasil.
Bank Sumut telah membuktikan diri: tanpa dirut pun, mereka mampu melangkah maju dengan soliditas kepemimpinan kolektif