“Harus diketahui, doorstop adalah salah satu hal yang biasa dilakukan wartawan dimanapun dan terhadap siapapun calon narasumbernya. Presiden juga tau akan hal itu. Jadi rasanya penilaian yang sangat berlebihan dan mengada-ada kalau mau wawancara begitu saja harus memiliki izin. Danpaspampres kan juga tau kalau ada undang-undang yang melindungi profesi wartawan. Jangan campuri ranah wartawan dan wartawan tidak akan mencampuri ranah paspampres. Ini juga harusnya menjadi urusan Bobby, toh mereka juga bertindak atas arahan Bobby sebagai bagian keluarga presiden,” tandasnya.
Dalam masalah ini, Yudhistira juga sangat menyesalkan mulai terpecahnya kelompok wartawan dalam memprotes aksi pengusiran yang terjadi di Pemko Medan, setelah dipicu adanyanya sekelompok pimpinan organisasi pers yang menerima undangan buka puasa bersama Bobby.
Dikatakan Yudhis, semestinya yang senior memberi contoh yang baik dengan wartawan muda, sehingga istilah mencari kesempatan dalam konflik tidak muncul. Begitu juga dengan yang muda, semestinya bisa berfikir positif sehingga tidak muncul kecurigaan.
“Tapi etikanya memang sangat tidak pantas ada organisasi atau asosiasi yang muncul di depan objek yang menjadi sorotan di saat kekisruhan terjadi. Apalagi ini muncul di depan Bobby di saat ada rekan-rekan wartawan yang dilanggar haknya,” tegasnya.
“Dan kami dari IWO, juga meminta Bobby jangan berusaha mengkotak-kotakkan masalah ini dengan mengundang beberapa asosiasi hingga akhirnya justru semakin memperkeruh suasana. Masalah ini mudah selesai jika Bobby legowo duduk bersama khususnya dengan kawan-kawan yang tau betul dengan masalah ini untuk meminta maaf secara terbuka dan bersikaplah biasa selayaknya walikota yang selama ini mudah berinteraksi dengan wartawan. Saya rasa wartawan di Medan tak berlebihan kok permintaannya,” pungkasnya. (rel/R-02)