“Selama aksi demonstrasi pertama dan kedua tidak ada tindakan anarkis apapun yang kami lakukan. Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya saksi dari masyarakat yang ada di lokasi hingga media massa yang meliput kami,” tambah Joshua.
Sementara itu terkait penarikan uang pembayaran BPJS UNPRI, Joshua menuturkan selama ini mahasiswa diwajibkan membayar uang BPJS melalui UNPRI. Dimana apabila tidak membayar maka akses perkuliahan, absensi hingga ujian akan ditutup. Hal ini sebenarnya sudah banyak dikeluhkan mahasiswa UNPRI.
Pasalnya, penarikan pembayaran BPJS Kesehatan oleh pemerintah saja tidak pernah dipaksakan.
“Pemerintah saja tidak memaksakan pembayaran BPJS tidak boleh terlambat. Kami di sini, wajib membayar uang BPJS Kesehatan kami, kalau tidak bisa-bisa tidak ujian dan bisa juga harus mengulang semester berikutnya,” ucap Joshua lagi.
Salah satu korban pemecatan sepihak dari UNPRI, Ria Anglina Sitorus memaparkan apa yang dilakukan oleh UNPRI bukan hanya menyakiti dirinya pribadi melainkan keluarganya. Pihak kampus menelpon orangtua Ria dan membeberkan bahwa ia telah melakukan pelanggaran berat dengan aksi demonstrasi dan pendirian organisasi ilegal.
“Saya beban secara mental karena orangtua saya ikut disakiti. Kami hanya menolak kebijakan yang sudah termasuk hak kami. Parkiran itu sudah termasuk biaya kuliah, pembangunan dan biaya kemahasiswaan. Bukan dipaksa lagi kami harus membayar,” ungkapnya sambil tak kuasa menahan air mata.
Menutup konferensi pers, Joshua mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan dari berbagai kalangan terutama alumni GMNI Sumatera Utara dan GMNI Komisariat Sejajaran Kota Medan yang selama ini ikut berjuang.
“Kami mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam pergerakan ini. Kami tidak akan mengkhianati siapapun yang ikut membantu pergerakan ini. Kami masih menerima bantuan tanpa persyaratan dalam pergerakan ini. Solidaritas tanpa batas,” tandasnya.(rel)