Nek Rukiah (60),begitu panggilan akrab seorang janda tua yang sudah belasan tahun bertempat tinggal di Dusun II Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara (Sumut). Ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dari bantuan anak-anak yang telah dilahirkannya.
Di dalam sebuah rumah ukuran kecil yang dibalut dengan dinding tepas dan berlantaikan semen, ia bersama cucu berteduh dari hujan dan panasnya Sinar Matahari. Ketenangan itu sungguh diperolehnya senantiasa ketika menidurkan dua bola mata, baik malam, sore maupun siangnya.
Diperkirakan sudah 15 tahun ia telah menjalani kehidupan sendirian tanpa suami tercinta. Sendiri tanpa ada tulang punggung yang memenuhi kebutuhan setiap hari, bukan berarti ia menyerah.
Wanita tua yang memiliki tinggi lebih kurang 67 cm ini tetap semangat menjalani kehidupan sehari-hari dengan rasa syukur. Dalam keseharian mengolah makanan, ia tidak lagi menggunakan Gas dan Kompor sebagaimana dipergunakan wanita yang mampu di luar sana.
Ketidak mampuannya membeli gas, membuat ia harus memilih Kayu Bakar sebagai penyambung hidup. “Asap dan debu sudah biasa mendarat di wajahnya yang kini mulai menua.” Ternyata tidak mudah baginya untuk mendapatkan satu batang Kayu bakar.
“Setiap masuk ke dalam hutan, ia harus memenangkan pertarungan melawan banyak binatang Penghisap darah seperti Pacat.”
Setiap kali kedua kakinya memasuki kawasan hutan untuk mendapatkan Kayu bakar, kedua bola matanya harus rajin melihat ke bawah, sebab kedua kakinya sudah jelas menjadi incaran empuk bagi banyak Pacat penghisap darah.
Nah, diusianya yang sudah melebihi setengah abadi ini, ia tetap bersyukur kepada Allah SWT, karena ia tetap diberikan kesehatan dan umur yang berkah. Selain itu, ia bersyukur nikmat yang diberikan Allah SWT yang telah memudahkannya melahirkan 10 orang dari hasil pernikahan dengan sang suami tercinta.******
Redaktur02 
Redaktur